Pada sebuah pelayanan dalam kunjungan misi jangka pendek ke Peru, saya sempat dimintai uang oleh seorang pemuda. Namun, karena alasan keamanan, regu kami telah diinstruksikan untuk tidak memberikan uang kepada siapa pun. Jadi, bagaimana saya dapat menolong pemuda itu? Saya pun teringat tanggapan Rasul Petrus dan Yohanes kepada pria yang lumpuh dalam Kisah Para Rasul 3. Saya jelaskan kepada pemuda tadi bahwa saya tidak bisa memberinya uang, tetapi saya bisa membagikan kabar baik tentang kasih Allah. Ketika ia menceritakan bahwa dirinya seorang yatim piatu, saya memberitahunya bahwa Allah ingin menjadi Bapanya. Ia menangis mendengar hal itu. Saya kemudian menghubungkannya dengan salah seorang anggota gereja lokal untuk dilayani lebih lanjut.
Saya sering mengikuti dan mendoakan seorang rekan penulis yang rajin menceritakan perjuangannya melawan kanker di dunia maya. Ia tidak hanya membagikan tentang perkembangan penyakit dan tantangan yang dihadapinya, tetapi juga menyampaikan permohonan doa disertai ayat-ayat Alkitab dan pujian bagi Allah. Senyumnya yang tegar, baik saat menunggu perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan bandana yang menutupi kepalanya, sungguh mengagumkan. Dalam setiap tantangan yang dihadapinya, ia tak pernah lupa mendorong orang lain untuk mempercayai Allah di tengah pencobaan.
Saya adalah putri dari sepasang orangtua pekerja keras dan penyayang yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Saya bersyukur mereka berani menjadi pelopor dalam keluarga mereka dengan meninggalkan tanah kelahiran demi mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika Serikat. Kisah cinta mereka berawal di kota New York, tempat mereka kemudian menikah dan membesarkan dua anak perempuan, termasuk saya, sambil mengelola bisnis mereka masing-masing.
Pada tanggal 24 Maret 2023, seorang ahli meteorologi dari Mississippi, Matt Laubhan, menjadi sorotan karena doa singkatnya yang penuh makna saat melaporkan prakiraan cuaca. Saat melacak badai besar, ia menyadari bahwa tornado yang mengancam akan segera menghantam kota Amory. Dalam siaran langsung televisi itu, Laubhan berhenti sejenak untuk mengucapkan doa yang didengar banyak orang di seluruh dunia: “Tuhan Yesus, tolonglah mereka. Amin.” Sejumlah penonton kemudian mengatakan bahwa doa tersebut mendorong mereka untuk segera mencari tempat perlindungan. Doa Laubhan yang spontan dan tulus itu mungkin telah membantu menyelamatkan banyak jiwa.
Dunia tercengang saat empat bersaudara berusia satu hingga tiga belas tahun ditemukan dalam keadaan hidup di tengah hutan Amazon, Kolombia, pada bulan Juni 2023. Mereka bertahan hidup selama 40 hari di hutan setelah mengalami kecelakaan pesawat yang menewaskan ibu mereka. Karena mengenal baik medan hutan yang keras, anak-anak itu bisa bersembunyi dari binatang buas di dalam batang pohon, mengambil air dari sungai dan menampung air hujan di botol, serta memakan makanan seperti tepung singkong dari reruntuhan pesawat. Mereka juga tahu mana buah-buahan dan biji-bijian yang aman untuk dimakan.
Dalam kunjungan bersama ayah saya ke kampung halamannya di Ekuador, kami mengunjungi lahan milik keluarga tempat beliau dibesarkan. Saya melihat sekelompok pohon yang terlihat janggal. Ayah saya menjelaskan bahwa sewaktu kecil, ia sering bertindak iseng dengan mengambil dahan patah dari sebatang pohon buah, membuat sayatan di pohon yang lain, lalu mengikatkan dahan tadi pada pohon yang telah disayat, seperti yang ia lihat dilakukan orang-orang dewasa. Tidak ada yang mengetahui keisengannya sampai pohon-pohon itu menghasilkan buah yang berbeda dari yang diharapkan.
Beberapa tahun setelah menerima keselamatan dan menyerahkan hidup saya kepada Allah, saya merasa bahwa Dia mengarahkan saya untuk meninggalkan karier jurnalisme yang sedang saya tekuni. Saat mengistirahatkan pena dan tidak lagi menerbitkan tulisan-tulisan saya, timbul perasaan bahwa suatu hari nanti Allah akan memanggil saya untuk menulis bagi kemuliaan-Nya. Dalam tahun-tahun pengembaraan saya di “padang gurun” tersebut, saya dikuatkan oleh kisah Musa dan tongkatnya dalam Keluaran 4.
Baru-baru ini sepasang nenek dari Texas menjadi sensasi di media setelah mereka menyelesaikan perjalanan keliling dunia dalam 80 hari pada usia 81 tahun. Sepasang penjelajah yang sudah bersahabat selama 23 tahun itu berhasil melintasi seluruh benua di dunia. Mereka mengawali perjalanan dari Antartika, berdansa tango di Argentina, menunggang unta di Mesir, dan naik kereta luncur di Kutub Utara. Mereka mengunjungi 18 negara termasuk Zambia, India, Nepal, Indonesia, Jepang, Italia, lalu mengakhiri perjalanan mereka di Australia. Duo ini berharap dapat menginspirasi generasi mendatang untuk menikmati perjalanan keliling dunia, berapa pun usianya.
Pelayanan misi jangka pendek saya yang pertama berlangsung di kawasan hutan Amazon di Brasil, dan di sana kami membangun sebuah gereja di tepi sungai. Suatu sore, kami mengunjungi salah satu rumah warga yang memiliki penyaring air. Tuan rumah menuangkan air sumur yang keruh ke atas alat penyaring, lalu dalam beberapa menit semua kotoran telah hilang dan mengucurlah air minum yang bersih serta jernih. Di ruang tamu itulah saya melihat cerminan dari apa artinya disucikan oleh Kristus.